Seorang hakim agung dalam perjalanan jauh menuju istana. Di perjalanan ia dirampok oleh sekumpulan penyamun. Kereta , uang, bekal dan segala harta bendanya diambil. Bahkan para penyamun juga memukuli sang hakim hingga babak belur dan pakainnya compang-camping. Dengan susah payah sang hakim kemudian melanjutkan perjalanan. Tak berapa lama dilihatnya sebuah rumah seorang saudagar kaya. Ia kemudian segera mengetuk pintu dan meminta pertolongan. Namun melihat seseorang yang kumal dan compang camping, sang saudagar kaya mengusir sang hakim.
Singkat cerita sang hakim berhasil tiba di Istana. Dan ketika pulang, ia di bekali harta benda dan pakaian indah dari raja. Dalam perjalanan pulang sang hakim kembali melewati rumah saudagar kaya yang mengusirnya. Saat saudagar kaya melihat ada seorang berpakaian mewah, segera ia keluar dan menyambut sang hakim. Ia meminta pelayannya menyiapkan hidangan mewah dan mengajak sang hakim mampir untuk menikmati hidangan. Saat di dalam ruang makan, sang hakim kemudian melepas jubahnya dan melipatnya dengan rapi kemudian meletakkannya di kursi makan. Kemudian ia berkata, “Beberapa hari yang lalu, saat aku berpakaian kumal dan compang-camping engkau mengusir aku. Kini saat aku dalam jubah yang indah, engkau menjamu aku. Sesungguhnya jubahkulah yang hendak kau jamu.” Kemudian ia pergi meninggalkan saudagar yang kaget.
Dalam hati sang hakim berkata “Jika bukan karena diriku, aku dihormati. Mengapa aku mesti senang?” “Jika karena pakaianku, aku dihina. Mengapa aku mesti sedih?”
Yah, begitulah manusia. Seringkali yang dihormati adalah pakaian yang dikenakan, harta benda atau jabatan. Bukan karena pribadi orang tersebut. Jadi jika suatu ketika anda dihormati, jangan cepat tinggi hati. Dan jika anda dihina, jangan cepat bersedih hati.