Keberanian Dari Hati

Seorang anak muda berumur 12 tahun menemui ayahnya. Dia membawa busur  dan pisau. Pisaunya berkilau karena yang telah diasah dengan teliti. Begitupula dengan busurnya, sangat kuat dan disandang dibahunya dengan hati hati. Anak muda tersebut menunjukkan pisau dan busurnya kepada ayahnya. Lalu ia berkata, ayah ijinkanlah aku ikut berburu dengan engkau.  Sang anak tahu benar bahwa di sukunya, orang yang boleh ikut berburu hanyalah mereka yang telah dewasa dan memiliki keberanian dan keahlian.  Namun ayahnya adalah kepala suku yang berpengaruh dan dihormati.  Asalkan ayahnya mengijinkannya ikut berburu, maka seluruh anggota kawanan akan mengijinkannya.

Tanpa pernah menyerah si anak muda membujuk ayahnya setiap hari. Sampai pada suatu hari, ayahnya luluh akan kegigihan anak lelakinya tersebut dan mengijinkan si anak untuk ikut berburu. Si anak bersorak kegirangan. Dia berfikir, dengan busur dan pisaunya yang sempurna, maka dia akan menjadi pemburu yang hebat. Dia pasti akan membuat bangga ayahnya.

Esok paginya, cuaca sangat cerah. Awan biru cerah berarak diangkasa. Mentari bersinar begitu terangnya. Hari yang sangat baik untuk berburu. Sekitar 8 orang anggota suku bersiap berangkat memasuki hutan untuk berburu. Tak lupa si anak mudapun ikut serta. Dengan riang, dia berjalan mengikuti  ketujuh orang dewasa lainnya memasuki hutan. Hutan sangat indah, dengan pohon pohon dan bunga bunga yang bermekaran. Burung burung berkicau di ranting ranting. Beberapa ekor kupu kupu berterbangan. Semakin lama hutan semakin lebat dan semakin gelap.  Jalan semakin sulit dilalui. Bahkan sungai kecil yang mereka ikuti terasa semakin terjal. Sampai suatu ketika seluruh anggota suku dikejutkan suara geraman yang rendah. Semakin lama geraman semakin terdengar galak. Semua orang yakin bahwa suara itu adalah geraman harimau. Si anak ketakutan. Kepercayaan dirinya semakin lama semakin menciut. Pisau dan panahnya tidak lagi membuatnya berani. Keberaniannya hilang. Yang bisa dia lakukan hanya menggenggam pisaunya erat erat. Kepala suku melihat anak lelakinya dan berkata. Anakku mengapa engkau tampak sangat pucat. Kemana keberanian mu yang kau bawa dari rumah? Apakah pisau dan panahmu menjadi tumpul? Sang kepala suku kemudian memimpin anggotanya untuk terus berjalan meninggalkan suara geraman marah harimau. Ternyata di rimbunnya rerumputan, seekor  harimau menjaga 2 ekor harimau kecil, anaknya. Dengan perginya para pemburu maka harimau merasa tidak terancam lagi.

Cerita tersebut menggambarkan bahwa keberanian bukan datang karena  apa yang kita miliki. Keberanian bukan berarti tidak memiliki ketakutan. Keberanian artinya mampu menghadapi ketakutannya hingga selesai. Pada akhirnya jika kita hanya berdiam dalam ketakutan, maka selamanya kita akan terjebak dalam ketakutan kita. Namun bila kita terus melangkah, menghadapi ketakutan dan kekhawatiran kita, jalan keluar pasti akan ditemukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>