Tesla, sebuah perusahaan otomotif berbasis teknologi yang dipimpin oleh Elon Musk ini, kini valuasi perusahaannya sudah melampaui Toyota. Yang telah berdiri lebih dari 80 tahun, dan merupakan perusahaan otomotif terbesar di planet bumi.
Apakah valuasi Tesla overrated atau Tesla Way telah menggantikan Toyota Way?
Lantas seperti apakah Tesla Way itu?
Baca terus artikel ini, dan mari kita bahas satu persatu.
Seperti apa Tesla Way dan apa perbedaannya dengan Toyota Way.
Tesla dan Toyota adalah perusahaan manufactur otomotif yang sangat berbeda.
Yang pertama, Toyota Way percaya bahwa perencanaan yang matang adalah sebuah kunci kesuksesan. Makanya Toyota mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk untuk memastikan mereka punya produk terbaik dan sistem produksi yang sempurna sebelum menjalankan proses produksinya. Ketika produksi sudah dimulai, tidak boleh ada kesalahan.
Jargon Toyota : “Do It Right The First Time, We Don’t Always get a second Chance.”
Toyota Way meyakini perencanaan dan perbaikan yang terus menerus, ada yang mengatakan Toyota Way sebagai teori six sigma, Kaizen, Lean, PDCA (Plan Do Check Action) dan variasi lain
Bagaimana dengan Telsa Way?
Sedangkan Tesla memproduksi mobil listrik. Berbeda dengan Toyota, Tesla dikelola seperti perusahaan perusahaan teknologi di Silicon Valley yang memproduksi software. Makanya Tesla bergerak sangat cepat.
Tesla Way meyakini jargon
“Move Fast, Break Things!”
“Fail Fast, Learn Faster!”
“Launch Early, Iterate later.”
Jargon Tesla Way mempengaruhi setiap karyawan Tesla bahkan yang ada di bagian produksi.
Jika Toyota bisa produksi 10 juta kendaraan / tahun tanpa ada masalah.
Lain halnya dengan Tesla, yang memproduksi hanya 367 ribu kendaraan di tahun 2019 atau hanya 3,4 % produksi Toyota, tapi masalahnya banyak.
Bahkan Elon Musk, sosok di balik Tesla Way, juga menjiwai jargon ini dengan sangat kuat.
Ingat tidak ketika Elon Musk gagal dalam demo Tesla Armor Glass?
Kaca jendela Cyber truck yang diklaim Elon Musk adalah kaca mobil anti pecah, saat demo ketika dilempar bola logam, ternyata pecah berkeping keping. Saat itu media massa dan banyak orang mentertawakan dan mengolok-olok Elon Musk.
Tapi alih-alih merasa malu, Elon Musk santai saja menanggapi kegagalan itu. Bagi dia, kejadian itu tidak lebih dari sebuah feedback, sehingga dia harus membuat kaca mobil yang lebih kuat.
Udah , gitu aja, ngga pakai repot, ngga pakai baper!
Tesla Way percaya bahwa dalam kegagalan terdapat sejuta peluang untuk belajar. Karena tidak pernah takut gagal, Tesla mampu berpikir di luar kebiasaan, dan sangat cepat dalam inovasi. Prinsip Tesla Way mampu mendorong sebuah inovasi yang radikal dan di luar kebiasaan. Tesla Way bergerak cepat dan experiental dalam rangka mendapatkan inovasi. Bayangkan, ia berani out of the box, Tesla membuat mobil yang bergerak tanpa sopir dengan menggunakan teknologi AI. Tesla juga diklaim sebagai mobil yang lebih ramah lingkungan karena digerakkan dengan tenaga listrik.
Tesla baru berdiri belasan tahun, tapi Tesla sudah punya sistem pengembangan produk, sistem produksi, sistem management supplier, sistem customer support dan sistem management lain untuk bisnisnya. Bahkan ia mengembangkan perusahaan produsen baterai sendiri, yaitu Tesla Energy.
Semenjak valuasi Tesla menyalip Toyota, perdebatan para ahli mengenai Tesla Way VS Toyota Way makin seru.
Praktiksi Sig Sigma,Lean dll skeptis dengan Tesla Way. Mereka berpendapat :
“Meskipun masalah kaya akan peluang untuk belajar. Tapi masalah terbaik adalah masalah yang tidak pernah anda miliki.”
- Tom Ehrenfeld dari Lean Enterprise Institute
“The Tesla Way adalah tentang bergerak cepat dan berharap kejeniusan dan adrenalin dapat mengimbangi kurangnya perencanaan dan Stabilitas.”
- James Womack, bapak gerakan LEAN dunia.
James Womack juga mengatakan:
“Gaya management dan sistem produksi Tesla yang baru belasan tahun ini belum teruji dan masih banyak kekurangan. Berbeda dengan Toyota yang sudah berdiri sejak 80 tahun yang lalu, dan telah terbukti sebagai manufaktur otomotif terbesar di muka bumi.”
Dan semenjak Pandemi ini, ketika perubahan besar besaran terjadi, perdebatan makin seru. Ahli lain yang skpetis dengan Toyota Way, salah satunya Ron Ashkenas mengatakan:
“Six sigma, Kaizen, Lean dan variasi lain dari perbaikan terus menerus dapat merusak kesehatan organisasi anda. Butuh pendekatan baru dalam manufacturing.”
- Ron Ashkenas, partenr Emeritius of Scaffer Consulting
Kok bisa?
Ini penjelasan beliau…
Toyota juga inovasi kok, lalu apa bedanya inovasi yang dilakukan Toyota dengan Tesla?
Menurut Tom Ehrenfeld (Lean Enterprise Institute), inovasi datang dari para karyawan di bagian produksi yang terus menerus melakukan perbaikan dan improvement.
Yes, Ini betul!
Jika yang anda cari adalah Sustaining Innovation.
Jika yang anda cari adalah peningkatan dari kualitas sebuah produk atau proses yang sudah ada saat ini.
Tapi kalau anda harus mencari innovasi yang betul betul baru, yang belum pernah dipikirkan oleh orang lain, yang out of the box, maka anda butuh yang namanya Disruptive Innovation.
Dan untuk mendapatkan itu, alih alih melakukan Continous Improvement, anda harus melakukan Discontinous Improvement. Artinya anda harus berhenti improve atau memperbaiki yang sudah ada dan mulai berpikir yang total berbeda dari yang sudah ada.
Tapi menurut Vijay Govindarajan, Professor di Tuck School of Business :
“Semakin anda mengintegrasikan Total Quality Management di Perusahaan, maka semakin itu akan merusak Break-through Innovation. Dibutuhkan mindset, kapabilitas, skill, metrik, biaya, budaya dan fundamental perusahaan yang berbeda untuk Discontinous Innovation.”
Jadi apa yang dibutuhkan untuk Breakthrough Innovation?
Well, kecil kemungkinan innovasi seperti itu datang dari para karyawan. Kenapa? Karena mereka terlalu fokus pada proses dan produk yang ada saat ini.
Mereka juga ngga bisa melihat peta industri dari kaca mata yang lebih luas.
Makanya kita butuh orang-orang seperti Elon Musk, Steve Jobs, Jeff Bezos, orang- orang gila yang cara berfikir tidak seperti orang kebanyakan, orang -orang yang melihat dunia dengan cara yang berbeda, orang- orang yang ambisinya berbeda, berani ngga masuk akal, menabrak batas-batas yang ada.
Toyota memutuskan untuk bergerak lambat, dan berinovasi dulu sebagai perusahaan sebelum berinovasi dalam produk. Bahkan hingga saat ini, produk Toyota masih menggunakan teknologi yang sama seperti yang diciptakan oleh Nikolaus Otto, 140 tahun yang lalu. Yaitu dengan menggunakan mesin pembakaran untuk menggerakkan piston yang nantinya akan menggerakkan roda kendaraan.
Setelah 40 tahun berdiri, Toyota baru betul-betul melakukan inovasi secara produk, dengan meluncurkan mobil hybrid : Prius dan sekarang Toyota inovasi dengan mengembangkan mobil tenaga Hidrogen sebagai kompetitor mobil listrik.
Dalam news conference di Tokyo, CEO Toyota, Akio Toyoda mengatakan :
“Tesla mungkin punya resepnya, Tapi tidak punya dapur dan Real Chef nya.”
Ibarat bisnis restoran, Akio Toyoda mengatakan Tesla hanya menjual resep makanan, sementara Toyota sudah punya banyak restoran dengan menu lengkap (ingat jenis produk Toyota sangat banyak) dan terbukti disukai jutaan pelanggan.
Apakah ini menggambarkan bahwa Toyota meremehkan Tesla?
Tesla boleh jadi saat ini hanya mampu memproduksi kendaraan kurang dari 5% dari Toyota, namun bisa jadi banyaknya jenis produk Toyota dan jumlah pelanggan Toyota yang sudah jutaan, malah menjadi kelemahan, karena otomatis Toyota harus fokus pada produk dan pelanggan yang sangat banyak, artinya banyak hal yang harus dipikirkan.
Sedangkan Tesla, hanya punya 1 menu dan pelanggan yang relatif jauh lebih sedikit dari Toyota, bisa lebih fokus pada inovasi. Apalagi pelanggan Tesla kebanyakan adalah mereka yang berani mencoba hal baru, artinya mereka akan memaklumi kekurangan dari teknologi baru.
Jadi bagaimana pendapat anda, apakah The Tesla Way akan menggantikan The Toyota Way ?