Musim hujan di awal tahun 2014 telah membawa duka bagi sebagian orang di Indonesia, terutama di Ibukota Jakarta. Pasalnya banjir melanda di berbagai sudut kota Jakarta. Banyak orang harus menderita, mengungsi di tempat tempat pengungsian, kesulitan air bersih, anak anak terancam berbagai penyakit, tak sedikit pula korban banjir dan kerugian materi karena perekonomian sempat terganggu. Bahkan tak hanya di Ibukota Jakarta yang digenangi air banjir, Menado, Demak, Kudus, Pekalongan dan berbagai kota lain di Indonesia. Namun dibalik situasi duka selalu ada pelajaran berharga yang dapat kita petik. Karena bencana kemanusiaan kembali hidup dalam warga kita. Ibukota yang sebelumnya dikenal individualis, berubah watak karena bencana. Dalam bencana setiap orang jadi bersatu padu, saling menolong. Tanpa memandang suku, ras, agama, gender atau usia banyak tangan terulur membantu meringankan beban saudara –saudara kita yang terkena bencana. Bahkan para pemimpin politik, bupati, dan gubernur yang tadinya hanya berfikir daerah sendiri dengan dalih otonomi daerah, kini dengan indahnya bersatu padu dalam usaha mengatasi banjir.
Memang tak dapat dipungkiri, lebih baik tak ada bencana menimpa kita. Namun Tuhan selalu memberikan kita tantangan agar kita semua naik kelas. Tuhan ingin mengingatkan kita agar kita lebih peduli kepada alam, kepada sesame dan lebih penting agar kita bersyukur atas hidup kita. Semoga bencana banjir di seluruh Indonesia segera usai.