Praanngggg….!!!!
Piring terjatuh dan hancur berkeping keping. Mbok Yem berlari tergopoh-gopoh dan mendapati anaknya menjatuhkan sebuah piring. Serta merta ia berkata “Duh, Gusti… Ampuni anakku. Ngger..Cah Bagus, yang taat sama orang tua!” Demikianlah cara mbok Yem menghadapi kenakalan anak-anaknya. Meski marah ia tetap mendaraskan kata-kata positif yang berlawanan dengan kenakalan anak-anaknya. Bahkan ratapannya lebih menyerupai sebuah doa.
Berbeda dengan Mbok Sum. Ia adalah seorang wanita temperamental dengan 5 orang anak. Kata-kata kasarnya seringkali mencemari udara kampung mereka. Tak pernah lepas kata makian terlontar dari bibirnya.
Tahun berganti, anak anak tumbuh dewasa. Anak-anak mbok Yem tumbuh menjadi orang-orang yang berhasil. Yang seorang menjadi pengusaha sukses, yang lain menjadi dokter, Direktur perusahaan besar dan perwira polisi. Mereka menjadi anak-anak yang baik, yang berbakti kepada orang tua dan berguna bagi sesama.
Sedangkan anak-anak mbok Sum, mereka tumbuh menjadi biang onar. Yang laki-laki menjadi preman jalanan, yang gemar menggangu ketentraman. Sedangkan yang perempuan menjadi wanita nakal yang senang menggoda suami orang.
Berkata-katalah yang positif. Kata-kata mempengaruhi hidup kita.
Berhati-hatilah dalam berkata-kata. Karena kata-kata adalah doa.