Edward de Bono, psikolog kelahiran Malta, merupakan tokoh yang mencetuskan istilah lateral thinking (berpikir lateral). Kalau dijelaskan dengan sederhana, berpikir lateral adalah cara berpikir yang berbeda daripada kebanyakan, tidak terikat pada kebiasaan atau hal-hal yang lumrah. Berpikir lateral ini tidak hanya dapat memperluas wawasan terhadap kemungkinan-kemungkinan baru, tetapi juga membuat kita mampu mempertimbangkan banyak alternatif pemecahan masalah.
Berpikir secara lateral ini juga sangat penting bagi pelaku bisnis. Perkembangan zaman juga menimbulkan perkembangan pola pikir yang kritis pada konsumen sehingga pelaku bisnis selalu perlu mengembangkan produk. Apalagi dengan adanya peningkatan pada kompetisi antar pelaku bisnis, semakin penting pula imajinasi bermain untuk menghasilkan produk yang unik, yang berbeda, tapi tetap menarik minat konsumen.
Dalam teori berpikir lateral ini, Bono mengemukakan teori “Six Thinking Hats” yang terdiri dari;
(1) topi putih, yang netral dan objektif. Kita tidak memberikan interpretasi atau opini, hanya informasi yang bersifat faktual;
(2) topi merah sebagai lambang perasaan, dimana kita berpikir dengan melibatkan emosi dan perasaan kita, seperti takut, sedih, marah, dan lain-lain;
(3) topi hitam untuk peringatan, yang mengajak kita untuk berhati-hati dalam menganalisa dan mengkritisi segala hal dari sisi negatif atau risikonya;
(4) topi kuning sebagai lambang cahaya dan optimisme, yang berlawanan dengan tipe topi hitam, dimana kita menganalisa masalah dari sisi yang positif, tanpa keluar dari batas faktual;
(5) topi hijau, yang menunjukkan energi, pertumbuhan, dan produktivitas; pola pikir yang mengajak kita pada ide-ide baru dan perubahan, solusi pada setiap risiko dari hasil pemikiran topi hitam;
(6) topi biru yang mempunyai warna angkasa sebagai lambang di atas segala-galanya, yaitu kontrol yang mengandung kesimpulan, keputusan, serta rencana dan langkah-langkah selanjutnya.
Topi ini merupakan lambang dari pola berpikir kita sehari-hari. Mungkin kita tidak bisa mencapai keenam sifat topi itu, tetapi kita bisa belajar untuk mengasah salah satu kemampuan pola pikir beberapa topi tersebut. Tentu saja tidak hanya satu tipe, agar kita dapat memiliki banyak alternatif cara berpikir.
Untuk mempelajari ini, ada beberapa latihan berupa teka-teki yang harus dipecahkan. Bisa berupa gambar, bisa juga berupa kisah misteri yang harus diungkap sendiri jawabannya. Kita juga bisa memilih tipe topi apa yang ingin diasah dengan cara pemecahan dengan kriteria yang kita inginkan. Apakah kita ingin netral seperti topi putih? Ataukah kita ingin melihat risiko-risiko dari setiap masalah? Menggabungkan tipe berpikir ini tentunya akan membantu dalam menemukan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik.