Hampir semua daerah di Indonesia nemiliki makanan khas. Sate ternyata menjadi salah satu makanan yang memiliki keberagaman yang asalnya dari banyak daerah. Di Padang terdapat sate padang yang terkenal dengan kuah kental kari. Di Madura terdapat sate madura yang terkenal dengan sambal kacangnya. Di Bali juga ada sate lilit yang tidak ditusuk dengan kayu melainkan dengan batang sereh yang memberikan aroma khas rempah.
Tahukah kamu bahwa kata sate ternyata kata serapan dari bahasa Belanda yaitu sat’e. Ternyata tidak beda jauh ya. Ada juga kata serapan lain misalnya pulpen, ternyata bahasa Belandanya vulpen. Lalu contoh lain bahasa serapan Belanda lainnya yaitu handuk yang berasal dari kata handdoek.
Jika kamu mempelajari bahasa Belanda dengan khusus, kamu akan menemukan bahwa ternyata ada banyak sekali Bahasa Indonesia yang merupakan kata serapan dari bahasa Indonesia. Tidak heran karena dulu negara kita dijajah lebih dari 3 abad. Dan yang menarik, setiap kata memiliki filosofi dari mana asal-asul maknanya.
Lalu sekarang apa maksud saya dengan membahas asal-usul kata? Kira-kira apa yang ada dipikiran anda mengenai kata “tajir”?
Konglomerat? Kaya tujuh turunan? Crazy Rich? Old Money? Sukses bergelimang harta? Tidak. Semua salah. For your information, kata tajir adalah kata serapan dari bahasa Arab dan memiliki arti “pedagang”. Kok beda ya dengan makna kata yang selama ini kita ketahui?
Jadi, dahulu pada abad ke 7 banyak saudagar yang datang ke Indonesia dari daerah timur tengah untuk berdagang dan mengajarkan agama Islam. Nah, pada umumnya saudagar yang berdagang ini terkenal luar biasa kaya. Bahkan profesi ini benar-benar identik dengan hartanya yang melimpah. Itulah sebabnya makna sesungguhnya tajir bergeser menjadi kaya raya.
Menjadi kaya ternyata tak harus berdasi, tak harus duduk di belakang meja. Profesi yang kesannya biasa saja pun ternyata bisa menghasilkan uang yang banyak. Bahkan bisa identik dengan kekayaan. Banyak orang yang tidak merasa percaya diri akan profesi atau pekerjaannya saat ini. Padahal, jika semua hal dilakukan dengan segenap hati dan sesuai dengan passion akan memberi hasil berlipat ganda.
Tinggal bagaimana dirimu sendiri memberikan branding terhadap dirimu. Contohnya “Tukang Angkot Kaya Raya” ternyata tukang angkot tersebut menyewakan puluhan bahkan ratusan angkotnya agar bisa beroperasi dan menghasilkan pemasukan harian. Contoh lainnya “Tukang Sate Rajin Umroh” ternyata tukang sate tersebut buka banyak cabang di beberapa tempat kuliner.
Inti dari semuanya adalah jadilah kaya dari apapun latar belakang usaha, pekerjaan, profesi, dan passion mu. Percaya dirilah dan tekuni semuanya dengan sukacita karena cara untuk kaya adalah dengan bahagia dengan apa yang kamu lakukan saat ini.