Case Study Pelatihan Sales Christian Adrianto : Keberhasilan Pelatihan Sales di Perusahaan Fashion International

case study pelatihan Sales Christian Adrianto trainer

Latar Belakang Perusahaan

Perusahaan adalah sebuah perusahaan terkemuka di sektor fashion branded dengan market premium. Perusahaan ini berfokus pada penjualan dan distribusi prodduk fashion seperti tas, sepatu, pakaian dan aksesories wanita maupun pria branded dunia dengan harga premium. Satu buah tas tangan wanita dibanderol dengan harga 80-200 juta rupiah. Meskipun dengan produk berkualitas tinggi, dan juga merek yang sudah dikenal dunia, namun perusahaan ini mengalami tantangan dalam mencapai target penjualan yang diinginkan. Manajemen menyadari bahwa tim sales mereka memerlukan peningkatan keterampilan dan motivasi untuk mencapai performa optimal.

 

Tantangan yang Dihadapi

  1. Penurunan Penjualan: Tim sales mengalami penurunan penjualan yang signifikan di kwartal pertama.
  2. Kurangnya Motivasi: Motivasi tim sales menurun, yang berdampak pada produktivitas dan semangat kerja.
  3. Kurangnya Keterampilan Negosiasi: Keterampilan negosiasi dan closing sales tim sales perlu ditingkatkan. Tim Sales kurang percaya diri dan cenderung pasif dalam melayani customer.
  4. Minimnya Pelatihan Berkala: Sebelumnya, pelatihan sales dilakukan secara sporadis tanpa adanya program pelatihan yang terstruktur.

 

Solusi: Program Pelatihan Sales oleh Christian Adrianto

Untuk mengatasi tantangan ini, Perusahaan ini memutuskan untuk bekerja sama dengan coach Christian Adrianto, sebagai motivator dan trainer sales yang berpengalaman. Beliau merancang program pelatihan sales yang komprehensif dengan fokus pada peningkatan keterampilan, motivasi, dan strategi penjualan.

Tahapan Pelatihan

  1. Assessment Awal:
    • Melakukan penilaian awal untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan tim sales.
    • Mengadakan sesi wawancara dan survei untuk memahami kebutuhan spesifik tim. Coach Christian Adrianto bahkan keliling outlet dan butik untuk melihat langsung bagaimana kinerja para team sales.
  2. Desain Program Pelatihan:
    • Mengembangkan modul pelatihan yang mencakup keterampilan komunikasi, teknik negosiasi, strategi closing, dan motivasi diri.
    • Menyusun jadwal pelatihan untuk 1 hari.
  3. Pelaksanaan Pelatihan:
    • Workshop dan Seminar: Mengadakan workshop interaktif dan seminar motivasi untuk meningkatkan keterampilan dan semangat kerja.
    • Role-Playing dan Simulasi: Melakukan latihan role-playing dan simulasi situasi penjualan nyata untuk mengasah keterampilan praktis.
    • Mentoring dan Coaching: Memberikan sesi mentoring dan coaching individual untuk membantu tim sales mengatasi tantangan pribadi dan profesional.
  4. Evaluasi dan Tindak Lanjut:
    • Melakukan evaluasi berkala untuk menilai perkembangan dan efektivitas pelatihan.
    • Memberikan feedback dan rekomendasi untuk perbaikan berkelanjutan.

Hasil dan Keberhasilan Pelatihan

Setelah implementasi program pelatihan sales, Perusahaan fashion ternama ini melihat perubahan signifikan dalam performa tim sales mereka:

  1. Peningkatan Penjualan: Penjualan meningkat sebesar 30% dalam dua bulan pertama setelah pelatihan.
  2. Motivasi yang Lebih Tinggi: Motivasi dan semangat kerja tim sales meningkat, yang terlihat dari peningkatan inisiatif dan keterlibatan mereka dalam proses penjualan.
  3. Keterampilan Negosiasi yang Lebih Baik: Tim sales mampu melakukan negosiasi dengan lebih percaya diri dan efektif, yang berdampak pada peningkatan tingkat closing sales.
  4. Budaya Kerja Positif: Terdapat perubahan positif dalam budaya kerja, di mana tim sales lebih semangat dan termotivasi dalam melayani customer. Memiliki etos kerja yang lebih tinggi.

Testimoni dari Manajemen

“Kehadiran Christian Adrianto sebagai pelatih sales sangat mengubah dinamika tim penjualan kami. Program pelatihan yang disusun sangat komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan spesifik kami. Kami sangat puas dengan hasil yang dicapai dan melihat dampak positif yang berkelanjutan pada performa tim sales kami.”HR Head

Kesimpulan

Keberhasilan pelatihan sales di Perusahaan  menunjukkan betapa pentingnya investasi dalam pengembangan keterampilan dan motivasi tim sales. Dengan program pelatihan yang terstruktur dan didukung oleh pendekatan yang tepat, perusahaan dapat mencapai peningkatan signifikan dalam penjualan dan produktivitas. Jika perusahaan Anda menghadapi tantangan serupa, pertimbangkan untuk mengadakan program pelatihan sales bersama Christian Adrianto, untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar.

penulis : Fransisca, Marketing Manager Motivasi Indonesia

info mengundang Coach Christian Adrianto sebagai sales trainer, untuk menungkatkan omzet dan penjualan hubungi Fransisca di 082110502502

HOW TO MANAGE SALES TEAM TO ACHIEVE TARGET? – Strategi Manage Sales Team untuk Capai Target

HOW TO MANAGE SALES TEAM TO ACHIEVE TARGET?

Training Selling SkillJay Abraham, The marketing genius berkata

“ Selling is Process.”

Maka dari itu, manage people to follow the process step by step untuk mencapai target. Tidak mungkin capai target kalau tidak ikuti prosesnya step by step.

Masalahnya jika prosesnya tidak jelas. Apa yang mau di manage?

Bayangkan anda mau membangun sebuah gedung. Anda tidak tau prosesnya. Ada 200 tukang, mereka tidak tau apa yang harus dikerjakan. Apa yang harus di manage?

 

Maka sebelum melakukan tugasnya, buat plan untuk hal yang harus dilakukan day by day.

 

Understand The Process

Secara umum sales proses bisa beda beda. B to B tentu berbeda dengan B to C. Tapi secara garis besarnya sama.

 

“Selling is process.

Process is measurable.

Anything that is measurable can be improved.”

–          Jay Abraham

Jay Abraham dalam seminarnya mengatakan measure your process. Peserta seminarnya ada yang dari Singapore, Hongkong, berbagai negara. Ada yang presiden director bank besar, senior executive dari perusahaan besar.

Mereka berkata, “Jay materi kamu terlalu dangkal. Tentu saja kami ukur semuanya.

Kami tau cabang mana yang pertumbuhannya paling pesat. Kami juga tau produk apa saja yang paling laris. Kami tau siapa orang yang capai target, siapa yang tidak capai target.”

 

Jay Abraham hanya tertawa dan ia berkata, “Itu adalah kesalahannya. Mengukur hasil tidak meningkatkan hasil. Measure the process, not the result”

 

Contoh, ada 2 toko sepatu. Dari perusahaan yang sama, produk yang dijual juga sama. Hanya beda lokasi, tapi keduanya berada di lokasi yang sama sama ramai.

Toko Sepatu A

Setiap minggu mampu menjual 10 sepatu.

Toko Sepatu B

Setiap minggu mampu menjual 10 sepatu.

 

Owner tidak puas. Ia berkata, “minggu depan naik ya jadi 13 sepatu.”

Toko A dan Toko B berkata, “Siap bos!!”

“Gimana caranya?”

“Kami akan lebih semangat lagi bos. Kerja lebih rajin. Pantang menyerah!!!”

Minggu depan apakah naik?

Ternyata tidak naik.

Mengukur hasil saja sulit untuk meningkatkan hasil.

 

Tapi jika kita ukur proses.

Toko A

Pengunjung datang 100 orang

Menjual 10 sepatu

Maka success rate 10%

 

Toko B

Pengunjung datang 20 orang

Menjual 10 sepatu

Maka success rate 50%

 

Kesimpulannya toko A lebih ramai pengunjung, dan Toko B SPG nya lebih jago jualan, lebih semangat, melayani dengan lebih baik.

Jika anda adalah manager toko sepatu A, maka anda tahu bagaimana meningkatkan penjualan?

Mana yang lebih masuk akal untuk ditingkatkan di toko A?

Tentu saja success rate nya.

Kira kira berapa % success rate bisa ditingkatkan?

Anda mungkin ada yang menjawab 20%, 30%, tapi saya yakin kebanyakan anda akan berkata 50%. Dari mana angka ini?

Karena sudah ada toko yang berhasil  mencapai success rate 50%. Maka toko A perlu belajar dari toko B, apa yang dilakukan agar orang  yang datang berkunjung lebih banyak yang beli barang. Pelajari detailnya bagaimana toko B melayani pelanggan, beda cara, beda hasil.

Dan Toko B belajar dari toko A, bagaimana caranya agar pengunjung ramai.

 

When the process improved, the result is improve.

 

Toko A, jika success rate naik katakan 30% saja, ngga usah muluk muluk maka penjualan naik jadi 30 pasang sepatu. Artinya naik 3 kali lipat.

 

Toko B, jika jumlah pengunjung naik jadi 70 pengunjung saja. Maka penjualan naik 35 sepatu. Naik 3 kali lipat.

 

Kelihatannya sederhana, namun prakteknya sulit.

Karena orang sales itu beda.

Jika orang pabrik, mau buat mie, prosesnya jelas.

Tepung di mix dengan telur, garam dan air.

Kemudian di aduk, dicetak sehingga bentuk panjang-panjang, di oven, di dinginkan kemudian dipotong, dibungkus.

Kalau pabrik mie semua jelas, ada takarannya, ada waktunya, di oven ada suhunya.

Tapi dalam penjualan ngga jelas prosesnya, ngga ada angka, ngga ada takaran seperti pabrik mie.

Orang sales tidak terbiasa ukur proses dan tidak biasa bikin laporan.

Jumlah presentasi berapa, hasilnya berapa?

Jumlah telpon berapa, hasilnya berapa?

Jumlah kunjungan berapa, hasilnya berapa?

 

Kendalanya sudah kebiasaan susah disuruh bikin laporan, dan ditambah managernya juga menyerah karena lelah karena mereka tidak juga terbiasa.

Tapi kalau tidak tau dari sisi mana yang perlu diperbaiki, apa dasar untuk anda memanage team anda?

Penulis

Christian Adrianto Motivator & TrainerChristian Adrianto

Trainer & Motivator

Telah dipercaya oleh lebih dari 500 perusahaan, Berpengalaman selama lebih dari 16 tahun di dunia training dan motivasi. Telah diundang di berbagai stasiun TV nasional sebagai narasumber, seperti Metro TV, TV One, Kompas TV, TVRI, Trans 7, Sindo TV dll. Berhasil meningkatkan penjualan di berbagai perusahaan mulai dari retail, hingga B2B.