Engaging Employee adalah salah satu challenge yang berat bagi berbagai Perusahaan. Employee engagement adalah koneksi yang dalam antara karyawan dengan organisasi yang membuat karyawan berkomitmen dengan pekerjaannya, melakukan yang terbaik. Jadi engagement adalah emotional connection antara karyawan dan organisasi, sehingga karyawan memberikan effort yang terbaik untuk membuat organisasi atau brand nya sukses. Karyawan yang tidak termotivasi dan tidak bahagia dalam pekerjaannya akan sulit mencapai performa yang maksimal. Produktivitas kerja, antusiasme dan level energi akan rendah. Kurangnya employee engagement akan berdampak terhadap kualitas produk dan jasa, produktivitas kerja, customer service, employee turnover dan juga kesejahteraan secara umum.
Employee engagement memiliki 2 jalan, yang pertama engagement mesti menggambarkan kekuatan dan pasion mereka dan yang kedua bagaimana Perusahaan dapat memberikan supportnya.
Dengan menerapkan strategi yang efektif, kitab isa menciptakan lingkungan kerja yang menginspirasi karyawan untuk memberikan yang terbaik setiap hari.
Untuk membangun Employe Engagement, Inilah 13 strategi terbaik untuk membangun employee engagement.
1. Start with Survey
Survey dibutuhkan untuk mengasesment situasi engagement karyawan saat ini. Tanpa pemahaman ini, maka inisiasi untuk melakukan usaha meningkatkan engagement tidak akan terarah. Setelah mengetahui situasi saat ini, anda dapat menentukan prioritas anda.
Survey sebaiknya dibuat simple, sederhana. Misalnya indikasi karyawan merasa undervalue, karyawan kurang recognition terhadap pekerjaan mereka, Tingkat kepuasan terhadap peluang pengembangan diri dalam Perusahaan dll.
2.Mengembangkan budaya Empowerment
Empowerment bisa bermacam bentuknya, dan antara satu Perusahaan dengan Perusahaan lainnya berbeda. Namun empowerment ciri cirinya :
- Karyawan memiliki decision making power.
- Manager memberi tugas, deadline dan petunjuk, tapi mereka mempercayakan teamnya untuk menyelesaikannya.
- Jika memungkinkan, karyawan bisa memutuskan kapan dan Dimana mereka bekerja.
Setiap karyawan memiliki preferensi yang unik, kemampuan untuk menyelesaikan tugas dengan style mereka. Dan dengan Empowerment, setiap orang paham bahwa pekerjaan individu mereka terkoneksi erat dengan pekerjaan rekan kerja. Sehingga hasilnya karyawan memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan memenuhi standar kualitas yang ditentukan.
3. Set Up program Mentorship
Biasanya program mentorship melibatkan
- Dua orang atau lebih dalam organisasi
- Terdapat transfer knowledge, skills dan pengalaman (atau kombinasi ketiganya)
- Dibangun duats pondasi Trust
Trust sangat penting dalam keberhasilan relationship mentor-mentee. Dengan program ini ikatan antar anggota tim akan terbangun dan rasa solidaritas antar rekan kerja terbentuk. Program ini memungkinkan transfer keahlian dan menjaga pertumbuhan & development antar anggota tim.
4. Libatkan Karyawan dan Company Decisions
Employee engagement adalah tentang emotional connection terhadap organisasi dimana mereka berkomitment. Maka agar mereka penting untuk melibatkan karyawan dalam pengambilan putusan. Mungkin tidak bisa setiap keputusan Perusahaan melibatkan karyawan, namun setidaknya Sebagian besar mereka ikut andil dalam keputusan tersebut.
Misalnya dalam keputusan
Menentuka Goal & KPI (Key Performance Indicators)
Mengencourage dan melayih manager untuk melibatkan anggota timnya dalam membuat keputusan.
Riset Gartner menunjukkan ketika goal Perusahaan align dengan kebutuhan/goal individu, maka performance karyawan naik hingga 22%.
Dan karyawan yang merasa suaranya didengarkan memberikan 5 kali lipat effort terbaiknya.
5. Encorege Internal Mobility
Internal Mobility mengijinkan karyawan untuk mengeksplore jalur karir dan prospek mereka di dalam Perusahaan. Misalnya dengan perpindahan vertical dan lateral, promosi, posisi jabatan baru, kolaborasi anatar team, proyek additional, job shadowing, job swaps dll.
6. Membuat Employee Recognition sebagain DNA Perusahaan
Motivasi intrinsic dan passion adalah pondasi dalam employee engagement. Oleh karena itu recognition sangat penting dalam organisasi. Banyak Perusahaan memberikan recognition hanya kepada 1 orang, namun meurut pendapat saya, semakin banyak karyawan yang mendapatkan recognition, semakin baik. Karena itu artinya budaya terbentuk, semakin banyak orang yang melakukan hal yang Perusahaan mau.
Gallup melakukan survey dan hasilnya 56% karyawan yang merasa mendapatkan recognition, kurang berminat pindah kerja atau mencari lowongan lain. Dan mereka 4 kali lipat lebih engaged terhadap pekerjaannya.
7. Fair Compensation
Meskipun ada berbagai opini mengenai gaji yang membuat karyawan engage, namun riset mengatakan bahwa karyawan yang merasa gaji mereka fair, cenderung memiliki kepuasan yang tinggi terhadap pekerjaan, lebih engage dan termotivasi.
Secara sederhana, jika kebutuhan dasar karyawan dan keluarganya belum tercukupi, seperti sandang, pangan, papan, mereka, bagaimana mereka memberikan fokus dan usaha yang terbaik dalam pekerjaan. Namun sekali lagi, uang bukan segalanya. Masih banyak orang yang bekerja bukan sekedar mencari uang. Namun yes, fair compensation adalah salah satu factor penentu dalam employee engagement.
8. Incentive
Insentive, reward, benefit tambahan selain gaji, sering digunakan untuk menghargai karyawan yang memiliki performance luar bias. Meskipun pendekatan ini tidak akan mengena pada semua orang, namun sampai hari ini strategi ini masih cukup efektif untuk membuat karyawan lebih rajin dan melakukan usaha terbaik.
9. Transparansi dalam Organisasi
Transparansi sangat penting. Transparansi memupuk trust. Orang memiliki kecenderungan untuk memahami posisinya baik dalam relationship, pencapaian KPI, peluang karis, kompensasi, potensial bonus, financial Perusahaan atau bahkan berita anggota team lain. Team leader harus memiliki tanggung jawab untuk menjada transparansi antar anggota team. 96% karyawan yang engage, menaruh trust yang tinggi terhadap Perusahaan.
Sekedar info, ada sebuah Survey yang dilakukan oleh Edelman Trust Barometer terhadap 33.000 orang di 28 negara. Hasilnya 1 dari 3 orang tidak percaya dengan bosnya.
10. Manage & Set Expectation Dengan Jelas
Dibutuhkan komunikasi yang efektif dan terbuka. Dengan menginformasikan ekspektasi anda terhadap karyawan secara jelas, hal ini membuat karyawan memahami peranan dan tanggung jawabnya. Karyawan juga dapat memanage waktunya dengan lebih efisien,
Jangan lupa berikan reminder terhadap prioritas mereka secara jelas, dan empowering team anda untuk memanage sendiri goal setting mereka. Survey LinkedIn Learning menyatakan manager yang sering berubah ubah ekspektasu membuat teamnya frustasi.
11. 360-degree Feedback
360o feedback bermanfaat untuk mengumpulkan input dari berbagai sumber. Daripada bergantung kepada perspektif atasan, metode ini memberikan viewpoint yang tidak bisa dan memberikan assessment yang lebih berimbang.
360 artinya feedback bisa dari supervisor, rekan kerja selevel, bawahan, eksternal stake holder dll.
12. Agile Performance management
Dalam perubahan yang cepat, dibutuhkan agile performance management, Meliputi
- Continous learning
- Building Trust
- Connection terhadap komunitas kerja
- Frequent Check-ins
13. Provide resilience Training
Resilience training bertujuan memperlengkapi karyawan dengan kemampuan untuk merespon tekanan secara efektif, menaklukan tantangan, problem solving dan mengubah tantangan menjadi peluang. Dengan membangun resilence akan membantu karyawan merasa lebih percaya diri dalam memegang kedali pekerjaannya dan membangun lingkungan kerja yang supportive dan innovative.
Employee engagement memang tidak bisa dibangun dalam semalam. Dibutuhkan konsitensi dan komitmen yang tinggi. Adakalanya anda akan bertemu bad apple, orang orang yang meski telah dibina, tetap memiliki attitude negative yang mempengaruhi secara negative kinerja team. It’s okay! Mungkin dia hanya tidak cocok dengan value dan visi anda. Anda boleh melepasnya dan fokus mencari team yang lebih sevalue dan memiliki visi yang sama.
Be the best of you & never give up!
Motivator, Leadership & sales Trainer