Tag Archives: leadership

Belajar Leadership dari Pesawat Terbang

Belajar Leadership dari PesawatLeader itu ibarat pilot.

Pesawat jaman sekarang sudah sangat canggih, dan ada yang namanya auto pilot. Jadi ketika pesawat sudah terbang, sang pilot tidak perlu lagi susah payah untuk mengendalikan pesawat, selama program auto pilot dijalankan. Bahkan ketika auto pilot dijalankan, sang pilot bisa tidur tau baca majalah. Lantas apa dong gunanya pilot?

Tentu saja Pilot tetap dibutuhkan, terutama saat darurat, take off dan landing.

Begitu juga dalam leadership, salah satu tugas leader adalah manage team supaya semua anggota teamnya achieve target. Jadi ketika situasi sudah di langit yang tenang dan cerah, leader bisa autopilot, tinggal mengawasi saja. Namun ketika langit penuh awan gelap, seorang leader wajib ambil kendali dan membawa seluruh anggota team-nya melewati badai dengan selamat. Bayangkan jika terjadi badai, tapi tidak ada pilot?

Jadi jika disimpulkan tugas leader adalah

 

  1. Leader take control

Seorang leader tau kapan take control dan kapan memberikan wewenang kepada anggota team-nya untuk ambil keputusan sendiri.

2. Leader thrive through crisis

Justru ketika krisis maka kemampuan seorang leader diuji. Dan banyak penelitian yang menunjukkan bahwa leader leader hebat didunia senang mencari tantangan. Bahkan jika tidak ada tantangan, dia akan mencari tantangan. Jadi krisis adalah kesempatan untuk naik level dan menemukan cara baru yang lebih baik.

3. Channel the fear into positive action

Do not pretend that nothing to fear. Seorang leader tidak boleh memberi rasa keamanan palsu. Semua anggota team-nya harus sadar jika ada bahaya di depan. Namun tugas leader adalah Channel that fear into positive.

Ubah rasa takut menjadi tindakan nyata dan postif.

Penulis

FransiscaFransisca

Marketing Manager Motivasi Indonesia

Membutuhkan pelatihan / Training Leadership yang relevan dengan jaman sekarang ?

Hubungi 082 110 502 502

 

The Power of Introvert

introvert ekstrovertSaya senang membaca buku. Saya lebih senang dirumah dibanding keluar dan hang out di cave dengan teman teman. Saya lebih suka berkebun dibanding jalan jalan di mall. Banyak yang mengatakan bahwa saya adalah orang yang introvert. Orang yang tidak banyak bicara dan tenang.

Masalahnya culture kita memandang introvert dengan sebelah mata. Jika dalam sebuah kelompok, perhatian kita selalu tertuju pada orang introvert yang dominan. Padahal tidak ada korelasi antara yang paling pandai bicara dengan yang punya ide terbaik.

Lingkungan kita jarang mendengarkan ide dari para introvert, padahal pandangan seorang introvert juga menarik untuk didengarkan. Namun karena orang introvert tidak banyak bicara, mungkin orang jadi tidak bertanya.

Lingkungan sekolah dan lingkungan kerja saat ini juga lebih banyak dirancang untuk para ekstrovert. Padahal 2 dari 3 orang di bumi adalah seorang introvert.

Saat saya sekolah dulu, kita duduk di barisan bangku. Dan dituntut untuk mengerjakan tugas sekolah secara soliter alias sendirian. Namun anak anak kita sekarang di sekolah duduk di sebuah meja besar. Satu meja bisa 4-5 orang anak, dan anak anak diberikan tugas untuk dipecahkan secara bersama sama.

Tidak begitu beda dengan lingkungan kerja saat ini. Kantor saat ini dirancang open space, tanpa sekat, bahkan kalau bisa tanpa dinding. Semua bekerja bersama dalam satu ruangan. Yes, lagi lagi dirancang untuk para ekstrovert.

Jangan salah paham dulu, saya tidak mengatakan bahwa semua itu jelek atau salah. Karena saya setuju bahwa kolaborasi dan kerjasama itu penting. Tapi terkadang introvert bekerja dengan lebih baik dalam kesendirian. Dalam masyarakat ada pandangan bias antara introvert dan pemalu.

Steve Wozniak, penemu Apple Computer pertama, lebih senang duduk sendirian di cubicle di kantornya di Hewlet-Packard. Dan ia berkata bahwa ia tidak akan pernah menjadi ahli seperti sekarang jika ia bukan seorang introvert yang malas pergi keluar rumah.

Bukan berarti kita harus berhenti berkolaborasi. Karena kenyataannya Steve Wozniak menjadi terkenal setelah berkolaborasi dnegan Steve Jobs saat mereka membangun Apple Computer.

Jadi punya sifat introvert bukan berarti  lebih sulit sukses dan memberikan pengaruh pada dunia.

 

Introvert tidak sama dengan pemalu. Kalau malu adalah emosi takut akan penilaian orang lain. Sedangkan introvert atau Introversion lebih pada bagaimana respon terhadap sebuah stumilation, termasuk social stimulation.

Jika Extrovert mendambakan stumulation dalam jumlah besar.

Sedangkan introvert merasa lebih hidup, lebih powerfull dalam lingkungan yang lebih tenang atau low-key environments.

Tidak harus setiap saat sih, bagaimanapun manusia adalah makhluk social, tapi biasanya sebagian besar waktunya.

Introvert lebih banyak berkomunikasi kedalam dirinya, sedangkan ekstrovert lebih banyak komunikasi ke luar dirinya. Makanya introvert biasanya terkesan pendiam. Tapi ngga juga, ia banyak bicara juga kok, tapi di dalam kepalanya.

 

Kalau tiba giliran dalam kepemimpinan, posisi leadership biasanya banyak dikuasai oleh para ekstrovert.

Adam Grant dari Wharton School melakukan sebuah riset dan ia menemukan bahwa leader yang introvert lebih banyak memberikan hasil yang lebih baik daripada ekstrovert leader. Karena orang orang introvert biasanya lebih hati hati dalam mengambil resiko, lebih teliti dan cermat, sifat yang mungkin kita butuhkan dalam leadership.

Mereka memanage orang secara proactive, mereka adalah pendengar yang baik dan senang mendengarkan ide orang lain.

Dan faktanya banyak juga kok pemimpin hebat yang berpengaruh di dunia adalah seorang intovert. Sebagai contoh Eleanor Roosevelt, Rosa Parks, Gandhi. Banyak orang mengatakan  mereka orang yang tenang, lembut, tidak banyak bicara dan bahkan pemalu. Tapi mereka mencuri perhatian dunia. Bukan karena mereka mau, tapi karena mereka harus, meskipun setiap tulang dalam tubuh mereka menolak.

Dan ternyata introvert punya special super power, karena orang bisa mersakan bahwa para leader introvert ini mengenakan helm, bukan karena mereka menikmati memerintah orang lain, bukan karena senang diperhatikan, tapi karena mereka tidak punya pilihan, dan mereka harus melakukan hal yang mereka pikir benar.

Akhir kata, Carl Jung, psikolog yang pertama kali mempopulerkan introvert-ekstrovert mengatakan : tidak ada orang yang 100% introvert atau 100% ekstrovert. Dan semua orang pasti berada diantara introvert – ekstrovert spekrum.

Kita menyebutnya sebagai ambiverts.

Dan menurut pendapat pribadi saya, Ambiverts adalah yang terbaik di dunia.

Kita butuh keseimbangan. Ibarat Yin dan Yang, kita butuh keduanya.

Dan ini penting, apalagi kalau kita bicara tentang kreatifitas dan produktivitas. Karena orang orang yang paling kreatif di dunia, mereka jago mengkomunikasikan ide mereka, namun mereka juga punya introversion dalam dirinya untuk berpikir dalam. Karena kreativitas butuh pemikiran dalam diri.

So buat para introvert di luar sana, yang mungkin masih strugling dalam social skill. I get you !

Masih banyak yang bisa dilakukan oleh introvert. Jangan jadikan introvert sebagai alasan atas ketakutan atau keraguan yang menghalangi kesuksesan anda. Dan ingat social skills bisa  dipelajari kok.

 

FransiscaPenulis

Fransisca

Marketing Manager di Motivasi Indonesia. Telah banyak memberikan konsultasi dalam bidang people develoment untuk berbagai perusahaan tentang bagaimana meningkatkan produktivitas kerja dan penjualan.

 

Toyota Way VS Tesla Way, Mana Yang Lebih Baik?

tesla way vs toyota way

 

 

 

 

 

Tesla, sebuah perusahaan otomotif berbasis teknologi yang dipimpin oleh Elon Musk ini, kini valuasi perusahaannya sudah melampaui Toyota. Yang telah berdiri lebih dari 80 tahun, dan merupakan perusahaan otomotif terbesar di planet bumi.

Apakah valuasi Tesla overrated atau Tesla Way telah menggantikan Toyota Way?

Lantas seperti apakah Tesla Way itu?

 

Baca terus artikel ini, dan mari kita bahas satu persatu.

Seperti apa Tesla Way dan apa perbedaannya dengan Toyota Way.

 

Tesla dan Toyota adalah perusahaan manufactur otomotif yang sangat berbeda.

Yang pertama, Toyota Way percaya bahwa perencanaan yang matang adalah sebuah kunci kesuksesan. Makanya Toyota mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk untuk memastikan mereka punya produk terbaik dan sistem produksi yang sempurna sebelum menjalankan proses produksinya. Ketika produksi sudah dimulai, tidak boleh ada kesalahan.

Jargon Toyota : “Do It Right The First Time, We Don’t Always get a second Chance.”

Toyota Way meyakini perencanaan dan perbaikan yang terus menerus, ada yang mengatakan Toyota Way sebagai teori six sigma, Kaizen, Lean, PDCA (Plan Do Check Action) dan variasi lain

 

Bagaimana dengan Telsa Way?

Sedangkan Tesla memproduksi mobil listrik. Berbeda dengan Toyota, Tesla dikelola seperti  perusahaan perusahaan teknologi di Silicon Valley yang memproduksi software. Makanya Tesla bergerak sangat cepat.

Tesla Way meyakini jargon

“Move Fast, Break Things!”

 “Fail Fast, Learn Faster!”

 “Launch Early, Iterate later.”

Jargon Tesla Way mempengaruhi setiap karyawan Tesla bahkan yang ada di bagian produksi.

 

Jika Toyota bisa produksi 10 juta kendaraan / tahun tanpa ada masalah.

Lain halnya dengan Tesla, yang memproduksi hanya 367 ribu kendaraan di tahun 2019 atau hanya 3,4 % produksi Toyota, tapi masalahnya banyak.

Bahkan Elon Musk, sosok di balik Tesla Way, juga menjiwai jargon ini dengan sangat kuat.

Ingat tidak ketika Elon Musk gagal dalam demo Tesla Armor Glass?

Kaca jendela Cyber truck yang diklaim Elon Musk adalah kaca mobil anti pecah, saat demo ketika dilempar bola logam, ternyata pecah berkeping keping. Saat itu media massa dan banyak orang mentertawakan dan mengolok-olok Elon Musk.

Elon Musk Gagal launching

Tapi alih-alih merasa malu, Elon Musk santai saja menanggapi kegagalan itu. Bagi dia, kejadian itu tidak lebih dari sebuah feedback, sehingga dia harus membuat kaca mobil yang lebih kuat.

Udah , gitu aja, ngga pakai repot, ngga pakai baper!

 

Tesla Way percaya bahwa dalam kegagalan terdapat sejuta peluang untuk belajar. Karena tidak pernah takut gagal, Tesla mampu berpikir di luar kebiasaan, dan sangat cepat dalam inovasi. Prinsip Tesla Way mampu mendorong sebuah inovasi yang radikal dan di luar kebiasaan. Tesla Way bergerak cepat dan experiental dalam rangka mendapatkan inovasi. Bayangkan, ia berani out of the box, Tesla membuat mobil yang bergerak tanpa sopir dengan menggunakan teknologi AI. Tesla juga diklaim sebagai mobil yang lebih ramah lingkungan karena digerakkan dengan tenaga listrik.

Tesla baru berdiri belasan tahun, tapi Tesla sudah punya sistem pengembangan produk, sistem produksi, sistem management supplier, sistem customer support dan sistem management lain untuk bisnisnya.  Bahkan ia mengembangkan perusahaan produsen baterai sendiri, yaitu Tesla Energy.

 

Semenjak valuasi Tesla menyalip Toyota, perdebatan para ahli mengenai Tesla Way VS Toyota Way makin seru.

Praktiksi Sig Sigma,Lean dll skeptis dengan Tesla Way. Mereka berpendapat :

“Meskipun masalah kaya akan peluang untuk belajar. Tapi masalah terbaik adalah masalah yang tidak pernah anda miliki.”

-          Tom Ehrenfeld dari Lean Enterprise Institute

“The Tesla Way adalah tentang bergerak cepat dan berharap kejeniusan dan adrenalin dapat mengimbangi kurangnya perencanaan dan Stabilitas.”

-          James Womack, bapak gerakan LEAN dunia.

James Womack juga mengatakan:

“Gaya management dan sistem produksi Tesla yang baru belasan tahun ini belum teruji dan masih banyak kekurangan. Berbeda dengan Toyota yang sudah berdiri sejak  80 tahun yang lalu, dan telah terbukti sebagai manufaktur otomotif terbesar di muka bumi.”

 

Dan semenjak Pandemi ini, ketika perubahan besar besaran terjadi, perdebatan makin seru. Ahli lain yang skpetis dengan Toyota Way, salah satunya Ron Ashkenas mengatakan:

“Six sigma, Kaizen, Lean dan variasi lain dari perbaikan terus menerus dapat merusak kesehatan organisasi anda. Butuh pendekatan baru dalam manufacturing.”

-          Ron Ashkenas, partenr Emeritius of Scaffer Consulting

 

Kok bisa?

Ini penjelasan beliau…

Toyota juga inovasi kok, lalu apa bedanya inovasi yang dilakukan Toyota dengan Tesla?

Menurut Tom Ehrenfeld (Lean Enterprise Institute), inovasi datang dari para karyawan di bagian produksi yang terus menerus melakukan perbaikan dan improvement.

Yes, Ini betul!

Jika yang anda cari adalah Sustaining Innovation.

Jika yang anda cari adalah peningkatan dari kualitas sebuah produk atau proses yang sudah ada saat ini.

Tapi kalau anda harus mencari innovasi yang betul betul baru, yang belum pernah dipikirkan oleh orang lain, yang out of the box, maka anda butuh yang namanya Disruptive Innovation.

Dan untuk mendapatkan itu, alih alih melakukan Continous Improvement, anda harus melakukan Discontinous Improvement. Artinya anda harus berhenti improve atau memperbaiki yang sudah ada dan mulai berpikir yang total berbeda dari yang sudah ada.

Tapi menurut Vijay Govindarajan, Professor di Tuck School of Business :

“Semakin anda mengintegrasikan Total Quality Management di Perusahaan, maka semakin itu akan merusak Break-through Innovation. Dibutuhkan mindset, kapabilitas, skill, metrik, biaya, budaya dan fundamental perusahaan  yang berbeda untuk Discontinous Innovation.”

 

Jadi apa yang dibutuhkan untuk Breakthrough Innovation?

Well, kecil kemungkinan innovasi seperti itu datang dari para karyawan. Kenapa? Karena mereka terlalu fokus pada proses dan produk yang ada saat ini.

Mereka juga ngga bisa melihat peta industri dari kaca mata yang lebih luas.

Makanya kita butuh orang-orang seperti Elon Musk,  Steve Jobs, Jeff Bezos, orang- orang gila yang cara berfikir tidak seperti orang kebanyakan, orang -orang yang melihat dunia dengan cara yang berbeda, orang- orang yang ambisinya berbeda, berani ngga masuk akal, menabrak batas-batas yang ada.

 

Toyota memutuskan untuk bergerak lambat, dan berinovasi dulu sebagai perusahaan sebelum berinovasi dalam produk. Bahkan hingga saat ini, produk Toyota masih menggunakan teknologi yang sama seperti yang diciptakan oleh Nikolaus Otto, 140 tahun yang lalu. Yaitu dengan menggunakan mesin pembakaran untuk menggerakkan piston yang nantinya akan menggerakkan roda kendaraan.

Setelah 40 tahun berdiri, Toyota baru betul-betul melakukan inovasi secara produk, dengan meluncurkan mobil hybrid : Prius dan sekarang Toyota inovasi dengan mengembangkan mobil tenaga Hidrogen sebagai kompetitor mobil listrik.

 

Dalam news conference di Tokyo, CEO Toyota, Akio Toyoda mengatakan :

“Tesla mungkin punya resepnya, Tapi tidak punya dapur dan Real Chef nya.”

Ibarat bisnis restoran, Akio Toyoda  mengatakan Tesla hanya menjual resep makanan, sementara Toyota sudah punya banyak restoran dengan menu lengkap (ingat jenis produk Toyota sangat banyak) dan terbukti disukai jutaan pelanggan.

Apakah ini menggambarkan bahwa Toyota meremehkan Tesla?

Tesla boleh jadi saat ini hanya mampu memproduksi kendaraan kurang dari 5% dari Toyota, namun bisa jadi banyaknya jenis produk Toyota dan jumlah pelanggan Toyota yang sudah jutaan, malah menjadi kelemahan, karena otomatis Toyota harus fokus pada produk dan pelanggan yang sangat banyak, artinya banyak hal yang harus dipikirkan.

Sedangkan Tesla, hanya punya 1 menu dan pelanggan yang relatif jauh lebih sedikit dari Toyota, bisa lebih fokus pada inovasi. Apalagi pelanggan Tesla kebanyakan adalah mereka yang berani mencoba hal baru, artinya mereka akan memaklumi kekurangan dari teknologi baru.

 

Jadi bagaimana pendapat anda, apakah The Tesla Way akan menggantikan The Toyota Way ?

 

Leader VS Manager. Mana yang lebih penting?

Dalam sendi kehidupan kita perlu pemimpin dari kehidupan pribadi, keluarga hingga pekerjaan. Kepemimpinan masing masing orang memiliki cara dan gaya masing masing yang berbeda satu sama lainnya. Bahkan banyak pemimpin yang sebenarnya tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan. Ada yang sebenarnya hanya menyuruh dan memberi perintah kepada anak buahnya, padahal cara memerintah ada caranya sendiri supaya pelaksanaan tugas dapat dilakukan dengan baik. Itu sebabnya pemimpin perlu tahu cara menjadi pemimpin yang efektif dengan meningkatkan diri melalui buku kemimpinan atau pelatihan kepemimpinan.

Tidak semua pemimpin itu dilahirkan, artinya menjadi berbakat untuk memimpin itu dapat dibentuk.

Apa beda leader dengan manager? Jika leader adalah orang yang menginpirasi anak buahnya untuk mau melakukan tugasnya. Sedang manager adalah orang yang diberikan tanggungjawab terhadap tugasnya. Jadi beda antara leader dan manager adalah jika leader menginspirasi anak buahnya, sehingga membuat anak buahnya bekerja engan kesadaran dia sendiri. Jika manager lebih bersifat memaksa anak buah untuk bekerja karena itu adalah tanggungjawab yang harus di tanggung.

Untuk menjadi leader kemampuan apa yang dibutuhkan untuk memimpin seperti

  1. Kemampuan untuk komunikasi dengan anak buah
  2. Kemampuan untuk memotivasi anak buah
  3. Kemampuan untuk mendelegasi dengan anak buah
  4. Kemampuan untuk mengembangkan kerjasama team

Tidak semua pemimpim memiliki kemampuan diatas saat lahir, Untuk bisa melakukan hal – hal diatas perlu dilakukannya sebuah pelatihan

 

Cara Effektif Mengatasi Konflik Antar Atasan dan Bawahan

Christian Adrianto motivator, motivator terkenal, motivator indonesiaManusia di ciptakan berbeda baik sifat dan pemikirannya, oleh karenanya konflik pasti akan terjadi. Bisa jadi konflik terjadi antara atasan dan bawahan. Jika dibiarkan berlarut bisa jadi konflik di tempat kerja bisa berakibat buruk. Seperti penurunan kinerja karyawan, memecah fokus kerja, membuat kerja menjadi tidak nyaman.

Agar masalah tidak menjadi berlarut berikut ada beberapa cara untuk mengatasi konflik antar atasan dan bawahan di tempat kerja.

1. Biarkan emosi mereda

Konflik akan masih ada dan tidak dapat di selesaikan jika kedua atau salah satu pihak masih emosi, sehingga mengedepankan emosi daripada nalar. Bisa memakan waktu yang lama tergantung pribadi masing masing. Yang pasti jangan mencoba berbicara jika masih beremosi tinggi.

2. Bicaralah secara personal

Setelah kondisi mereda lakukan pembicaraan dengan atasan secara emoat mata, lakukan pembicaraan dengan nada yang baik jika di ucapkan dengan baik dan sopan pasti atasan akan mendengarnya, lakukan komunikasi yang baik siapa tahu akar masalah terjadi karena kesalahpahaman saja

3. Cari akar masalahnya

Identifikasi akar masalahnya, coba telaah apa yang menyebabkan konflik tersebut apakah masalah pekerjaan atau masalah pribadi. Yang pasti saat melakukan identifikasi jangan libatkan emosi, bila perlu tanyakan pada pihak ketiga dan tanyakan pendapatnya.

4. Beri kesempatan semua orang untuk mengutarakan pendapatnya

Semua pihak harus mau mendengarkan pendapat, kritik maupun saran orang lain. Hindari pandangan salah benar dalam proses berbagi pendapat ini karena hanya akan mengakibatkan konflik berikutnya.

5. Fokus pada masalah bukan pada pribadi

Jangan sampai keluar dari masalah jika saat melakukan argumentasi, fokus pada masalah yang sedang diselesaikan. Karena sering kali orang malah menyerang pribadi daripada menyelesaikan inti masalahnya.

6. Negosiasi ulang untuk mencari solusi bersama

Sua orang baik atasan dan bawahan harus menampung semua anspirasi dan pendapat yang ada, setelah itu sama sama berpikir untuk mencari solusi bersama

7. Minta bantuan pihak ketiga

Jika masing masing masih kukuh dengan pendapatnya ada baiknya melibatkan pihak ketiga yang netral dan dapat dipercaya untuk membantu dan memberi solusi yang netral

8. Buat aturan

Setelah ada solusi buat aturan supaya kejadian yang sama bisa dihindari

Mengapa Banyak Orang Galau dan Terjebak Dilema

Mengapa Banyak Orang Galau dan terjebak Dilema?

Duh, galau nih…bingung mau pilih yang mana ya?

Jangan sampai karena galau anda jadi salah ambil keputusan apalagi menghambat action karena tidak bisa ambil keputusan.

Mengapa kita galau dan dilema?

Seringkali kita merasa galau karena pilihannya terlalu sedikit.

Apalagi kalau pilihannya tidak ada yang enak. Misalkan dua pilihan

  1. Keluarga harmonis dan bahagia tapi hidup pas-pasan atau
  2. Kaya raya tapi tidak bahagia

Pilih mana?

Boleh ngga kita pilih, pilihan ke 3 : Kaya raya dan Keluarga harmonis, bahagia?

Mengapa hanya pilih dari 2 pilihan yang tidak enak? Tapi sadar atau tidak, seringkali manusia membuat dirinya memilih dari 2 pilihan yang ngga enak.

Mungkin anda berpikir, “saya justru lagi galau karena kebanyakan pilihan??”

Kita juga galau ketika kita tidak tahu apa yang kita inginkan. Ketika kita tahu apa yang menjadi prioritas dalam hidup kita. Sebanyak apapun pilihannya, sulit untuk ambil keputusan.

Galau juga disebabkan karena terjebak asumsi. Coba anda lanjutkan urutan dari huruf-huruf ini:

A – B – C – D ……

98% orang akan menjawab “e”. Apakah boleh kita lanjutkan dengan huruf m? Atau z? Atau a lagi? Kenapa sebagian besar orang menjawab “e”?

Itulah yang disebut asumsi. Kita berpikir kalau kita ambil keputusan a maka si Anu akan tersinggung, tapi kalau kita putuskan b si Itu sedih. Apakah pasti anu akan tersinggung dan si Itu akan sedih? Belum tentu, semua itu baru asumsi.

Jadi bagaimana caranya agar tidak galau lagi dalam ambil keputusan? Jangan langsung berasumsi, perhatikan juga datanya bagaima. Kemudian buat pilihan alternatif solusi sebanyak-banyaknya dan pertimbangkan sisi positif dan resikonya.

Kemudian jangan ragu untuk percaya pada kata hati atau feeling. Dulu menurut data Aqua tidak akan laku di pasaran. Masak iya harga air minum sama dengan 1 L bensin? Namun sang founder Bp. Tirto Utomo merasa feeling so good untuk produk air minum kemasan. Maka beliau memutuskan nekat produksi air minum dalam botol kaca dan menjualnya. Awalnya pelanggannya adalah bule-bule yang tinggal di Indonesia. Tapi 2 tahun kemudian Aqua dijual lebih mahal dari harga bensin. Dan hari ini Aqua laku dimana-mana. Jadi jangan sepelekan kata hati anda.

Christian Adrianto Motivator

Christian Adrianto Motivator